Selamat Datang Di Blog Pimpinan Cabang Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama-Ikatan Pelajar Putri Nahdlatu Ulama Kabupaten Sumenep

Minggu, 05 September 2010

Dari Tausyiyah Ramadhan sampai Bagi-bagi Sembako

PC. SUMENEP. Ahad sore (05/09) sekitar pukul 16:00 WIB, puluhan becak berderet di depan kantor Nahdlatul Ulama (NU) Sumenep. Apa yang dilakukan pengayuhnya?
Oleh_M.KAMIL AKHYARI
Mulai kemaren sore (04/09) kantor NU ramai dengan orang-orang yang tidak biasa kelihatan keluar masuk pada hari-hari sebelumnya. Sesekali anak kecil keluar masuk diantar walinya, dan setelah keluar menenteng plastik putih. Apa isi bungkus plastiknya? Nita (11) menjelaskan dalam plastiknya berisi pakaian.
“Ini (dalam plastik) pakaian yang di bagi-bagikan Fatayat untuk anak yatim” jelas anak yang telah dua tahun ditinggal mati bapaknya.
Jika pada Sabtu sore (04/09), kantor NU ramai dengan anak-anak kecil. Keesokan harinya gedung bercat hijau itu ramai dengan abang becak. Puluhan becak berderet di pinggir jalan Trunojoyo di depan gerbang pintu masuk kantor NU. Setelah turun dari becaknya masing-masing, mereka langsung nyelonong masuk kantor layaknya pengurus NU.
Kehadirannya bukan mencari penumpang seperti biasa mereka “nongkrong” di tempat keramaian orang. Kedatangan mereka bermaksud menukar secarik kertas yang disebar pengurus Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama-Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPNU-IPPNU) Sumenep. Mereka ingin menukar kupon dengan satu bungkus plastik sembako yang di bagi-bagikan pelajar NU.
Sebelum pengurus IPNU-IPPNU menyerahkan sembako yang telah disiapkan di pintu masuk. Ketua Umum IPNU Sumenep, Abd. Hadi, S. Pd.I mewakili keluarga besar PC. IPNU-IPPNU Sumenep di hadapan abang becak menyampaikan maksud dan tujuan dari pembagian sembako.
“Insya Allah kegiatan seperti ini akan kami lakukan terus menerus sekalipun hanya segelintir orang yang merasakan manfaatnya. Maksud dan tujuan kami untuk melatih kader-kader NU lebih peka terhadap kondisi masyarakat yang kekurangan,” ujar alumni STIKA dengan bersemangat.
Ia menambahkan, momentum bulan suci ramadhan kesempatan emas untuk refleksi diri, sehingga selama 14 jam berpuasa bukan hanya sekedar tidak makan dan minum.
“Setiap tahun kita melaksanakan ibadah puasa, tapi sampai saat ini ibadah sosial kita masik kering. Padahal, puasa tidak hanya mengajarkan hubungan vertikal tapi juga mengajarkan hubungan horizontal yaitu solidaritas sosial,” tambah mantan pengurus Komisariat PMII Guluk-Guluk.
Sekitar 15 menit, abang becak keluar dari kantor yang bertempat di Jl. Trunojoyo No. 295 Sumenep dengan meneteng plastik warna putih. Dan puluhan becak yang berderet di depan pintu masuk kantor NU tidak lagi terlihat. Semua becak bertebaran pulang menuju tempat masing-masing. Tumpukan plastik yang berisi beras, mie, garam dan kecap habis dalam jangka waktu 15 menit.
Bagi Mahalli (40), bagi-bagi sembako pada bulan suci ramadhan marak dilakukan pegiat organisasi dan ia telah biasa menerima santunan dan buka bareng dengan mahasiswa.
“selama satu bulan ini saya sudah menerima empat santunan dengan yang sekarang,” ujar bapak tiga anak yang telah 15 tahun mengayuh becak.

Tausyiyah Ramadhan
Setelah puluhan abang becak keluar dari kantor berlantai tiga. Puluhan pemuda dan pelajar masuk mengganti abang becak yang baru keluar. Mereka adalah pelajar NU yang akan ikut buka bersama dan mendengarkan tausyiyah ramadhan.
Sambil menunggu beduk adzan maghrib ditabuh. KH. Imam Hendriyadi memberikan siraman rohani terkait dengan bulan suci ramadhan. Bulan yang terdapat satu malam lebih mulya dari 1000 bulan.
Dalam diri manusia setidaknya ada dua karakter. Yaitu karakter malaikat dan karakter hewan. Dua karakter inilah yang terus bertarung untuk menaklukkan manusia.
“Tabiat malaikat yang tidak makan dan minum harus kita pelihara. Sehingga kita tidak tamak dan mudah membantu orang lain. Sedangkan tabiat hewan harus kita tinggalkan. Hewan yang sering makan sendiri dan mengabaikan teman-temannya yang lain tidak makan kita jangan tiru,” dauh calon PCNU sumenep 2010-2015 yang kalah.
Bagaimana respon pengurus NU terhadap kegiatan tersebut? KH. Musleh Alief dalam sambutannya mewakili PCNU Sumenep merespon baik dengan kegiatan tersebut.
“acara ini (bagi-bagi sembako dan buka brsama) sangat bagus. Di sini kita tidak hanya sekedar makan bersama tapi juga bisa silaturrahim dan curhat tentang kegiatan IPNU di daerahnya masing-masing,” paparnya.
Ia berharap kegiatan-kegiatan tersebut terus berkesinambungan karena membentuk karakter jadi orang yang punya belas kasihan pada orang lain tidak mudah.